Meet with Stranger(s)

Aku sendiri belum paham betul ada berapa gelintir orang yang lolos untuk program ini. Kepercayaan diriku bertambah ketika mengetahui bahwa di proses sebelumnya kurang dari 39 orang melalui tahap bincang bersama pakar di tempat ini. Aku pikir aku bisa menjadi salah satu orang di dalamnya, dan tentunya akan kurang dari 50 orang yang diberi arena untuk berjuang di medan yang sama.

Ternyata prasangka ku salah.

Begitu masuk ke dalam ruangan, tentunya setelah dipersilahkan.

Hari pertama, pandangan ku mendapati hal yang janggal. Apa benar aku kemarin hanya bertarung dengan 39 orang? Pertanyaanku terus menghantui, sampai di akhir sesi. Sesi untuk perkenalan diri sudah lewat. Benar saja. Mendadak denyut nadiku menjadi sebuah perhelatan untuk amat sangat berserah. Total pasrah.

39 orang dari mana ? Jumlah awak yang kudapati di kapal ini ternyata bertambah. Lugunya aku, kupikir manusia-manusia asing ini hanya berasal dari kota yang sama dengan domisiliku. Dua puluh orang bertambah. Tentu saja makin banyak sosok yang tidak aku kenal dari pijakan sebelumnya, mereka sepertinya belum kutemui sewaktu sesi bincang dengan Ibu Ani.

“Wah. Ini fresh semua?”

“Apa mereka jam terbangnya sudah tinggi semua ya?”

“Mereka kesini buat show up di medan yang sama kah?”

Ya Tuhan. Sebenarnya pertanyaanku tidak bisa berhenti. Ada saja yang muncul di ruang kepalaku. Aku terus menerus melakukan prolog.

Sampai akhirnya..

Oh ok. Nggak masalah. Tadi sudah kenal dengan Ms. Sella, ada juga “Miss” lain yang kusebut namanya masih tertukar tukar. Bahkan ada yang ku tanyakan namanya secara diam-diam, ke orang lain yang mungkin mencatat namanya. Tentu dong, nggak semua di hari pertama langsung kenal.

“Ok, berhenti. Sudah, Sudah. Beri jeda untuk otakmu bernafas”

Ada Mr. Arfi, Mr. Tjandra dan Mr. Adit (kami menyebutnya komandan). Ini adalah kelompok pertama untuk kami bertukar pikiran, menemukan sebuah visi dan misi untuk perahu kecil yang ditugaskan oleh Kapal Besar ini. Bagaimana, rasanya, menjadi satu-satunya perempuan? Bukan main perasaanku campur aduk waktu itu.

Aku coba berpendapat sesuai dengan yang di intruksikan oleh salah satu awak kapal yang sudah terlatih.

Setelah berdiskusi, kemudian kelompok kami di persilahkan untuk presentasi. Ada kejadian lucu. Lucu dan memalukan.

Jargon yang ku usulkan menjadi bahan tertawaan seluruh awak kapal.

Lantaran pengucapan yang kurang tepat.

Kataku “Ganbatte” saja, sebagai jargon dan penyemangat setelah mempresentasikan hasil diskusi kami berempat. Tanda bahwa kami akan siap dan semangat untuk melaksanakan tugas sebagai kandidat di awak kapal itu. Respon yang kami harapkan sangat di luar perkiraan. Kami kaget ketika ketika pelatih di awak kapal menanyakan berulang-ulang jargon kami. Oh, ternyata cara pengucapannya. Hahaha.

Tidak apa, meski tiga laki-laki ini seperti menyalahkanku dengan nada bercanda dan sempat membuat otakku berpikir spelling yang tepat selama dua hari. Ini akan jadi pengalaman, pembalajaran yang berharga sekaligus… jenaka. Teringat sampai penulis memikirkan ini berhari-hari.

Tetap menyenangkan, mulai belajar untuk bagaimana mengendalikan sebuah Kapal.

#CD #CeritaDev #ManusiaExpress

Leave a comment