0

Tirai untuk Mentari

Kala itu bayangannya pasrah dengan lesu,

Menghadapi kenyataan yang dihadapi seorang diri tanpa ada bayangan lain yang ingin maju

Kali ini tirainya lebih terbuka,

Menyanggupi bahwa keyakinan hati yang tidak membelenggunya pasti ada

Kalau menit dan detik yang berlalu,

Serba membuatnya serba salah dan menjadi pantulan perempuan yang pemalu

Katakanlah harinya selalu untuk bahagia,

Semu segala yang tampak di seberang masa sudah dirasakan hampir sirna

Perempuan yang disayang, hatinya kini lebih cekatan demi berdamai.

Perempuan yang dulu malang, jiwanya kini tak diketahui rapuh lagi.

Begitulah,

Apa yang dikatakan mentari

Saat tirai ditarik dari balik kamar kecil nya

2

Setia pada Husnudzan Jilid 2

Saya tadi sudah janji ya buat to be continued ^^

Ok, jadi point nya tadi saya sempat kesal sama dua hal. Bimbingan ke dosen, dan drama di rumah sakit selama membutuhkan pengobatan.

Judul bahan bacaan saya sudah terkesan seperti orang yang teramat tawakal tanpa ada ikhtiar ngga sih? Wkwk, saya bingung cari judul. Jadi, ya in syaa Allah itu sudah mewakili apa yang seluruhnya saya tuliskan di bacaan “Setia pada Husnudzan”. Semoga bisa di ambil hikmahnya ya, #notetomyselftoo

Pertama tentang dosen, saya acap kali iri terhadap teman-teman yang sudah ujian PKM. That’s why saya pingin banget lekas balik Malang, in syaa Allah selasa ya dev? Iya . . Tapi rabu pulang Surabaya lagi wkwk. Jadi, seolah-olah saya sempat mencibir dalam hati buat teman-teman saya yang beda bimbingan dosen. Mereka bilang “ah enak dev kamu, beliau lo baik, gampang ditemui, kalau moodnya baik tuh gampang kamu minta tanda tangan”. No, for this way. Everything was change till 180 degree. Dosbing saya sekarang sulitnya minta ampun kalau dikontak. Bagi mereka yang skripsi masih ada jalan, ya! dosbing 2. Sementara kami, adik tingkatnya adakah dosbing 2 untuk PKM? No. Jadi kalau kata teman se-per-bimbingan “nasib kita kayak orang di gantung”. Tapi dari situ saya berpikir lagi “KENAPA YA, KOK ALLAH TIBA-TIBA MERUBAH KEADAAN DISAAT KITA LAGI SENANGNYA DAPAT DOSBING SEPERTI BELIAU”. Yang saya pikirkan lagi kali ini cuma ini :

Rasa-rasanya kami satu bimbingan dihadapkan situasi kayak gini biar lebih belajar sabar, lebih kuat lagi nanti. Ini belum skripsi, mungkin kami dikuatkan mentalnya. Mungkin lagi, kami dipilih untuk dicoba karena kita bisa melewatinya. Walaupun kadang ada drama curcol mendadak. Dan berbagai kemungkinan yang saya munculkan untuk menstimulus supaya Positif Thinking, meski kadang suka bete mendadak hehe. No problem, we’re only human.

Kalau sudah seperti ini, banyakin istigfar kata kakak saya. Ya tidak hanya ketika diuji sih, kapanpun seharusnya kita ber istigfar, Rasulullah sallahu a’laiihi wa salaam saja minimal 70x ber Istigfar dalam sehari. Karena Istigfar bisa membuka jalan, pun dengan dzikir (dalam agama yang saya yakini, Islam).

Lalu,

Continue reading

0

Setia pada Husnudzan Jilid 1

Selamat Sabtu Pagi para reader ^^

Sedikit mau cerita sih sekarang, bukan puisi dulu hehe.

Why? Kayaknya saya kehabisan berimaji dalam kata-kata karena diminta ide terus sama teman satu bimbingan buat kontak dosen yang jam terbangnya sekarang amat tinggi. Kontak dosen itu juga perlu imaji lo, apalagi buat kepentingan bimbingan. Hehe ~

Oiya, 2 minggu ini mungkin minggu yang membosankan bagi saya. The reason are . .

  1. Ketika teman-teman sudah berlomba-lomba fastabikhul khoirot untuk jenjang kelulusan (baca: ujian PKM). Saya malah bedrest dirumah, huhu!!
  2. Teman-teman sebimbingan yang biasanya mudah saya kompori, sekarang ngga begitu lagi. Kenapa? kata salah satu teman saya “ngga enak dev, kamu yang berani” | “ayo dev buruan balik malang, kangen nih. kangen numbalin kamu buat ngadep dosen” 

    Saya dalam konteks bercanda membalas ucapan teman seperti ini “ohh, kayaknya aku ni tau la kenapa kok ga boleh buru balik malang dulu ros, kau niat tumbalin aku terus rupanya wkwk” – ini typing saya ketika membalas teman yang asalnya dari Medan.

    FYI, kadang logat saya tiba-tiba suka berubah otomatis ketika lawan bicara nya berasal dari daerah yang berbeda. Kesannya kayak di sengaja, padahal ngga kok. Aneh ya? Haha, tapi emang se pengamatan teman-teman kuliah saya gitu sih. Dari dulu malah kayaknya ~

  3. Saya cuma bisa ngerjain laporan di kasur, download jurnal yang readernya pake PDF pun ngga bisa dari laptop yang ini. Don’t know why, padahal sudah ada aplikasi PDF readernya. Ya sudah, saya cuma bisa akses jurnal yang otomatis kebuka ketika saya On Browsing juga. Saya sempat badmood dengan keadaan seperti ini, batin saya “tau seperti ini kemarin saya pulang bawa laptop sendiri lah dari Malang meski berat”
  4. Biasanya saya ini orang yang menyibukkan diri di Malang, ada saja lah agendanya. Rapat asisten, rapat organisasi, kumpul sama teman, baca buku, Surfing Artikel, diskusi sama teman dll. Tapi, agenda disini? Nothing! Except ngerjain laporan di kamar.

Nah, 2 hal yang bikin saya jengkel selama bedrest dirumah. Kabar dosen pembimbing yang tak berujung klarifikasi yang jelas dan bedrest yang melelahkan. Selama saya tetap berusaha keep contact dengan satu bimbingan, mereka selalu curhat “gimana nasib kita” | “ganti dosbing ajalah ya mending gini” | dan berbagai mode on sambatan lainnya.

Ada satu hal lain yang membuat saya seperti orang kurang kerjaan tapi terkesan “MAKSA” ada kerjaan untuk lekas menyelesaikan pekerjaan yang lainnya. Meanwhile saya bedrest, tapi saya berusaha sembuh tentunya, karena ya siapa yang mau menahan rasa sakit dalam jangka waktu yang sudah lama. Segala macam pengobatan sedang saya lakukan, 2x masuk UGD 2x jua saya ditolak opname. Padahal ini sudah ada rujukan dari dokter spesialis yang menangani buat opname ketika saya sudah ngga kuat sama rasa sakitnya. DRAMA SEKALI 1 minggu ini selama pengobatan !! 2x saya keluar dari UGD, 2x juga saya  nangis karena ngga kuat dengan sakit yang saya rasakan sekarang.

Hehe, saya geli sendiri sekarang bikin bahan bacaan ini. Tapi, stay tune yah pembaca yang budiman. It will be continued di “Setia pada Husnudzan jilid 2″~